Minggu, 18 Maret 2012

Khasiat Air Kefir (Kristal Algae)

"Kesehatan bukanlah segala-galanya, namun jika tubuh tidak sehat segala-galanya tak berarti apa-apa", ungkapan tersebut mungkin sangat cocok untuk menggambarkan bahwa ternyata kesehatan itu sangat mahal harganya, hidup ini perlu keseimbangan, kita perlu merawat kesehatan tubuh kita secara teratur, bukan hanya bagian tubuh luar saja yang dirawat, namun justru organ tubuh bagian dalamlah yang perlu di rawat, nah membahas soal kesehatan memang tidak akan ada ujungnya, karena berbagai macam penyakit telah mengintai kita, nggak perlu saya sebutkan satu persatu, apalagi buat yang usianya mulai menginjak 40 tahun keatas.

Nah, ngomongin masalah kesehatan saat ini orang mulai membicarakan tentang khasiat dari air kefir, minuman yang dihasilkan dari fermentasi selama 24 jam yaitu antara Kristal Algae (biji kefir) yang dicampur dengan gula serta beberapa buah kismis. Konon dengan meminum air kefir 1 liter setiap hari secara teratur dapat mencegah berbagai macam penyakit terutama penyakit dalam, bahkan menurut penelitian para ahli, air kefir ini dapat mencegah berkembangnya sel-sel kanker jika seseorang telah mengidap penyakit tersebut serta menyembuhkannya, selain itu dengan meminum air kefir secara teratur bisa membuat umur seseorang menjadi panjang.


Berikut ini adalah hasil penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI ) :

Ringkasan karya : LKIR ke-42

KRISTAL ALGAE SEBAGAI OBAT ALTERNATIF PENYEMBUHAN KANKER KOLOREKTAL
Oleh : Dahlia Firdausi, Ahmad Yusuf Saifudin, Danang Prasetia Haryono

A. Tujuan percobaan
1. Mengetahui kadungan apa saja yang terdapat dalam kristal algae.
2. Mengetahui cara kerja kristal algae dalam pembasmian sel kanker.
3. Mencegah penyebaran sel sel kanker dengan air kefir.

B. Prosedur
1. Cara memelihara algae :
A. 3 sendok teh kristal Algae ditaruh dalam wadah, diberi 2 sendok makan gula pasir dan 7 buah kismis kering (kismis untuk kue)yang dicuci dan tidak mengandung sulphur.
B. Semua itu diberi air sebanyak 1 liter, ditutup wadahnya dan diamkan semalam
C. Keesokan harinya air dituang kedalam botol plastik (untuk diminum) dengan menggunakan corong dan saringan plastik agar kristal algae-nya terjaring lalu cuci bersih dengan air bersih dan masukkan lagi kedalam wadah yang juga sudah dicuci bersih. Beri lagi gula pasir sebanyak 2 sendok teh dengan 7 buah kismis yang kemarin (kismis tidak perlu diganti)Tambahkan 1 liter air lalu simpan lagi begitu seterusnya. Dianjurkan,ketika mengganti air baru masukkan juga beberapa tetes air yang sudah siap untuk diminum.
D. Air yang sudah dituang, siap diminum sebagai obat.
E. Kismis kering nya diganti 1 minggu sekali
F. Tanpa gula pasir dan kismis serta pemakaian wadah steel dapat membuat kristal algae nya mati.

2. Takaran Pengobatan : Pengobatan Kanker Kolorektal dianjurkan meminum air kefir 1 liter per hari sampai sembuh.

C. Data
1. Kristal Algae.
Kristal algae (biji kefir) mempunyai dua wujud, yang pertama berwarna putih keruh dan yang kedua berwarna bening, Water Kefir (hasil fermentasi kristal algae di air/ berwarna bening) mempunyai rasa masam dan sedikit beralkohol (seperti tuak, atau air buah siwalan atau legen). Sedangakn Milk Kefir (hasil fermentasi kristal algae di susu) berasa seperti yogurt. Beberapa bakteri baik yang terkandung di dalam biji kefir, antara lain, adalah Lactobacillus acidophilus, Lb kefiri, Lb kefirgranum, Lb parakefir, Lb delbrueckii supbsp. bulgaricus, Lb fructivorans, Lb kefiranofaciens, dan Lactococci.

2. Kanker
Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline). Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah ada metastasis. Sebuah diagnosis yang menentukan biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi. Bila tak terawat, kebanyakan kanker menyebabkan kematian; kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Kebanyakan kanker dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya bisa dihindari. Merokok tembakau dapat menyebabkan banyak kanker daripada faktor lingkungan lainnya.

3. Kanker kolon
Kanker kolon dan rektum adalah kanker yang menyerang usus besar dan rektum. Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana kita ketahui sistem pencernaan dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum, ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan saluran diatas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid. Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal. Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik.

D. Kesimpulan
Air kefir yang sudah difermentasi selama 24 jam dapat menekan pertumbuhan sel kanker karena adanya bakteri Lactobacillus acidophilus, Lb kefiri, Lb kefirgranum, Lb parakefir, Lb delbrueckii supbsp. bulgaricus, Lb fructivorans, Lb kefiranofaciens, dan Lactococci. Bakteri-bakteri tersebut bersama dengan khamir (ragi) bekerjasama secara simbiosis. Bakteri asam laktat tersebut menghasilkan asam laktat yang merangsang pertumbuhan khamir. Sementara khamir menghasilakan factor pendukung pertumbuhan bakteri asam laktat. Polisakarida larut air yang disebut kefiran dihasilakan bakteri asam laktat. Kefiran inilah yang berperan dalam meningkatkan pembentukan system imun dalam tubuh.

Nah, bagi anda yang menyayangi tubuh dan ingin hidup sehat saya merefrensikan anda mulai saat ini untuk mengkonsumsi air kefir 1 liter per hari, seperti halnya saya yang saat ini sudah mulai mengkonsumsi juga, perlu saya tambahkan bahwa saya tidak mengambil keuntungan dari artikel yang saya buat ini karena saya bukanlah penjual Kristal Algae, tulisan ini semata-mata hanya untuk kampanye menuju hidup sehat, agar kita semua jauh dari segala penyakit.

Rabu, 14 Maret 2012

Hama dan Penyakit Penting Tanaman Padi

1.       Penggerek  Batang (Stem Borer)
 
sundep.jpg
Gambar 1. Padi yang terserang sundep
Penggerek batang merupakan hama paling menakutkan pada pertanaman padi, karena sering menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil yang tinggi. Di lapang, kehadiran hama ini ditandai oleh kehadiran ngengat (kupu-kupu) dan kematian tunas padi, kematian malai, dan ulat penggerek batang.
Hama ini merusak tanaman pada semua fase tumbuh, baik pada saat pembibitan, fase anakan, maupun fase berbunga. Bila serangan terjadi pada pembibitan sampai fase anakan, hama ini disebut sundep, dan jika terjadi pada saat berbunga, disebut beluk.
Sampai saat ini belum ada varietas yang tahan penggerek batang. Oleh karena itu gejala serangan hama ini perlu diwaspadai, terutama pada pertanaman di musim hujan. Waktu tanam yang tepat, merupakan cara yang efektif untuk menghindari serangan penggerek batang. Hindari penanaman pada musim Desember-Januari, karena suhu, kelembaban, dan curah hujan pada saat itu sangat cocok bagi perkembangan penggerek batang, sementara tanaman padi yang baru ditanam, sangat sensitif pada hama ini. Tindakan pengendalian harus segera dilakukan, kalau > 10% rumpun memperlihatkan gejala sundep atau beluk.
Insektisida yang efektif terhadap penggerek batang tersedia di kios-kios sarana pertanian, terutama yang berbahan aktif: karbofuran, bensultaf, karbosulfan, dimenhipo, amitraz, dan fipronil. Sebelum menggunakan suatu produk pestisida,  baca dan fahami informasi yang tertera pada label. Kecuali untuk kupu-kupu yang banyak beterbangan, jangan memakai pestisida semprot untuk sundep dan beluk.
2.      Wereng Hijau (green leafhopper)
 
wereng_hijau.jpg
Gambar 2.  Imago wereng hijau
Beberapa jenis dari wereng hijau diantaranya adalah Nephottetix virescens, N. nigropictus, N. cinticeps, N. malayanus. Peran wereng hijau (WH) dalam sistem pertanaman padi menjadi penting oleh karena WH merupakan vektor penyakit tungro, yang merupakan salah satu penyakit virus terpenting di Indonesia. Kemampuan WH sebagai penghambat dalam sistem pertanian padi sangat tergantung pada penyakit virus tungro.
Sebagai hama, WH banyak ditemukan pada sistem sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan, tetapi tidak lazim pada ekosistem padi gogo. WH menghisap cairan dari dalam dari dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai pelepah, atau daun-daun bagian tengah. WH menyebabkan daun-daun padi berwarna kuning sampai kuning oranye, penurunan jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman yang terhambat (memendek). Pemupukan unsur nitrogen yang tinggi sangat memicu perkembangan WH.
WH umumnya dikendalikan dalam suatu paket dengan mengendalikan tungro. Dianjurkan untuk menanam varietas tahan tungro seperti Tukad insektisida. Beberapa insektisida efektif, terutama yang berbahan aktif BPMC, bufrezin, imidkloprid, karbofuran, MIPC, atau tiametoksam.
3.      Walang sangit/rice bug Leptocorisa oratorius (Fabricius)
 
leptocorixa.jpg
Gambar 3.  L. oratorius di pertanaman
Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Apabila diganggu, serangga akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau. Selain sebagai mekanisme mempertahankan diri, bau yang dikeluarkan juga untuk menarik walang sangit lain dari species yang sama. Walang sangat merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta gabah menjadi hampa.
Hama ini dapat dikendalikan melalui beberapa langkah, seperti :
-            Mengendalikan gulma, baik yang ada di sekitar sawah maupun yang ada di sekitar pertanaman;
-            Meratakan lahan dengan baik dan memupuktanaman secara merata agar tanaman tumbuh seragam;
-            Menangkap walang sangit menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan;
-            Mengumpan walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, daging ayam yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam;
-            Menggunakan insektisida jika diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.
4.      Wereng Coklat (WCK) (Nilaparvata lugens)
 
wereng_coklat.jpg
Gambar 4.  Wereng Coklat
Wereng coklat dapat menyebabkan daun berubah kuning oranye sebelum menjadi coklat dan mati. Dalam keadaan populasi wereng tinggi dan varietas yang ditanam rentan wereng coklat, dapat mengakibatkan tanaman seperti terbakar atau "hopperburn". Wereng coklat juga dapat menularkan penyakit virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput, dua penyakit yang sangat merusak.
Ledakan WCK biasanya terjadi akibat penggunaan pestisida yang tidak tepat, penanaman varietas rentan, pemeliharaan tanaman, terutama pemupukan, yang kurang tepat, dan kondisi lingkungan yang cocok untuk WCK (lembab, panas, dan pengap).
Pengendalian wereng coklat dapat dilakukan dengan mencegah penyebaran dan perkembangbiakan hama tersebut.  Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah ;
Pertama yaitu melakukan pemantauan secara rutin dan terjadwal yang dilakukan dengan cara mengamati areal tanaman padi dalam interval waktu tertentu (misalnya seminggu sekali), sejak awal persemaian, penanaman sampai panen.  Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan populasi wereng coklat di tiap lokasi sehingga dapat dijadikan pedoman apakah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau tidak.  Semakin tinggi kepadatan populasi wereng coklat, semakin cepat kita harus melakukan tindakan pengendalian.  Adapun pedoman untuk menetapkan gejala serangan wereng dengan menggunakan 3 kunci pendugaan.  Yaitu tipe A, B dan C. Pendugaan tipe A ini terjadi pada saat persemaian.  Kerusakan dianggap berat bila pada saat umur  30 hari terdapat 50 ekor betina makrop per 25 kali ayunan jaring.  Pada tipe B, fase ini terjadi saat padi berumur 20 - 30 HST.  Tingkat serangan dianggap merugikan bila ditemukan 2 - 5 ekor betina dalam satu rumpun.  Tipe C yaitu pada saat padi berumur 20 - 30 HST dan 50 - 60 HST.  Kerusakan dianggap berat bila ditemukan 2 - 5 ekor betina  dalam 1 rumpun padi.  Pemantauan ini sebaiknya dilakukan  bersama-sama dalam satu kelompok tani dan hasilnya dibahas untuk menentukan langkah pengendaliannya.
Kedua adalah memusnahkan singgang (sisa tanaman) yang terserang virus kerdil rumput dan kerdil hampa dengan cara mengolah tanah sesegera mungkin setelah tanaman padi dipanen.  Dengan kita membiarkan lahan tersebut, maka kemungkinann timbulnya serangan virus akan lebih besar saat kita memulai penanaman kembali.
Ketiga adalah menanam padi varietas unggul tahan hama. Penanaman varietas tahan hama terbukti mampu dan efektif mengurangi serangan wereng coklat.  Penggunaan bibit padi yang merupakan  keturunan dari benih asli/bersertifikat akan membuat tanaman menjadi lebih peka/rentan terhadap serangan hama, sehingga disarankan untuk selalu menggunakan benih F-1-nya.  Saat ini ada sekitar 17 varietas yang tergolong tahan wereng diantaranya : Cisadane, IR-50, Krueng Aceh, Sadang, Cisokan, Cisang-garung, IR-64, Dodokan, IR-66, Way Seputih, Walanae, Membramo, Cilo-asri, Digul, Maros, Cirata dan Way Opo Buru.  Namun , perlu diketahui pula bahwa diantara verietas tersebut, ada beberapa varietas diantaranya yang rentan terhadap biotipe wereng tertentu diantaranya : Cisadane, Krueng Aceh, Sadang dan Cisokan, yang hampir semuanya meskipun tahan wereng biotipe B2, namun agak rentan terhadap B1 dan rentan terhadap biotipe B3. 
Keempat  yaitu melakukan pemusnahan selektif terhadap tanaman padi yang terserang ringan.  Artinya memilih tanaman padi yang terserang dengan cara mengambilnya untuk kemudian dibuang/dibakar di tempat lain.  Bila terjadi serangan berat, maka perlu dilakukan pemusnahan (eradikasi) total.
Kelima yaitu melakukan penyemprotan dengan insektisida anjuran seperti Winder 25WP atau insektisida berbahan aktif amitraz, buprofezin, beauveria bassiana, BPMC, fipronil, imidakloprid, karbofuran, karbosulfan, metolkarb, MIPC, propoksur, dan tiametoksam.  Bila populasi wereng coklat telah mencapai batas-batas : populasi wereng mencapai lebih dari 10 ekor per rumpun saat padi berumur kurang dari 40 HST dan populasi wereng mencapai lebih dari 40 ekor per rumpun saat tanaman padi berumur lebih dari 40 HST.
5.  Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas campestris pv. Oryzae)
 
daun_terserang_hawar.jpg
Gambar 5. Daun yang terserang penyakit hawar
Hawar daun bakteri (HBD) merupakan penyakit bakteri yang tersebar luas dan menurunkan hasil sampai 36 %. Penyakit terjadi pada saat musim hujan atau musim kemarau yang basah, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang, dan dipupuk N tinggi (> 250 kg Urea/ha).
Penyakit HDB menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar. Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur < 30 hari (persemaian atau yang baru pindah). Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat, dan menggulung. Dalam keadaan parah keadaan daun menggulung, layu, dan mati, mirip tanaman yang terserang penggerek batang atau terkena air panas (lodoh). Sementara, hawar merupakan gejala yang paling umum pada tanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan.
Gejala diawali dengan timbulnya bercak abu-abu (kekuningan) umumnya pada tepi daun. Dalam perkembangannya gejala akan meluas, membentuk hawar, dan akhirnya daun mengering. Dalam keadaan lembab (terutama pagi hari), kelompok bakteri, berupa butiran berwarna kuning keemasan, dapat dengan mudah ditemukan pada daun-daun yang menunjukkan gejala hawar. Dengan bantuan angin, gesekkan antar daun, dan percikan air hujan, massa bakteri ini berfungsi sebagai alat penyebar penyakit HDB.
Penyakit HDB secara efektif dikendalikan dengan varietas tahan; pemupukan lengkap; dan pengaturan air. Untuk daerah-daerah yang endemis penyakit HDB, tanam varietas tahan seperti code dan angke dan gunakan pupuk NPK dalam dosis yang tepat. Bila memungkinkan, hindari penggenangan yang terus menerus, misalkan 1 hari digenangi dan 3 hari dikeringkan.
6.      Busuk batang / stem rot (Magnaporthe salvinii (Cattaneo) R.A Krause & R.K. Webster (telemorph))
Busuk batang merupakan penyakit yang menginfeksi bagian tanaman dalam kanopi dan menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Untuk mengamati penyakit ini, kanopi pertanaman perlu dibuka. Perlu diwaspadai apabila terjadi kerebahan pada pertanaman, tanpa sebelumnya terjadi hujan dengan angin yang kencang.
Gejala awal berupa bercak berwarna kehitaman, bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelepah daun dan secara bertahap membesar. Akhirnya, cendawan menembus batang padi yang kemudian menjadi lemah, anakan mati, dan akibatnya tanaman menjadi rebah.
Stadia tanaman yang paling rendah adalah pada fase anakan sampai stadia matang susu. Kehilangan hasil akibat penyakit ini dapat mencapai 80 %.
Pemupukan tanaman dengan dosis 250 Kg urea, 100 Kg SP36 dan 100 Kg KCI per ha dapat menekan perkembangan penyakit. Untuk menghindari penyebaran lebih luas lagi, keringkan tanaman sampai pada saat panen tiba.
Cara pencegahan penyakit ini antara lain :
·            Tunggul-tunggul padi sesudah panen dibakar atau didekomposisi;
·            Keringkan petakan dan biarkan tanah sampai retak sebelum diairi lagi;
·            Gunakan pemupukan berimbang; pupuk nitrogen sesuai anjuran dan pemupukan K cenderung dapat menurunkan infeksi penyakit;
·            Gunakan fungisida bila diperlukan yang berbahan aktif belerang atau difenokonazol.
7.      Bercak Cercospora/Narrow Brown Leaf Spot (Cercospora oryzae)
 
c_orizae.jpg
Gambar 6. Padi yang terserang C. oryzae
Bercak cercospora disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae. Penyakit menyebabkan kerusakan yang serius pada pertanaman dilahan yang kurang subur. Penyakit menghasilkan gejala lurus sempit berwarna coklat pada helaian daun bendera, pada fase tumbuh-pemasakan. Gejala juga dapat terjadi pada pelepah dan kulit gabah. Penyakit dikendalikan oleh pemupukan berimbang yang lengkap, dengan dosis 250 Kg urea, 100 Kg SP36, dan 100 Kg KCI per ha.
8.      Blas /blast (Pyicularia grisea)
 
blast.jpg
Gambar 7. Gejala serangan P. grisea
Semula penyakit blas dikenal sebagai salah satu kendala utama pada padi gogo. Tetapi sejak akhir 1980-an, penyakit ini juga sudah terdapat pada sawah beririgasi. Penyakit yang mampu menurunkan hasil yang sangat besar ini disebabkan oleh jamur patogen Pycularia grisae.
Penyakit blas menimbulkan dua gejala khas, yaitu blas daun dan blas leher. Blas daun merupakan bercak coklat kehitaman, berbentuk belah ketupat,  dengan pusat bercak berwarna putih. Sedangkan blas leher berupa bercak coklat kehitaman pada pangkal leher yang dapat mengakibatkan leher malai tidak mampu menopang malai dan patah. Kemampuan patogen membentuk strain dengan cepat menyebabkan pengendalian penyakit ini sangat sulit.
Penyakit ini dikendalikan melalui penanaman varietas tahan secara bergantian untuk mengantisipasi perubahan ras blas yang sangat cepat, dan pemupukan NPK yang tepat. Penanaman dalam waktu yang tepat dan perlakuan benih dapat pula diupayakan. Bila diperlukan dapat menggunakan fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat, fosdifen, atau kasugamisin.

Menanam Padi Organik

Cara seksama menanam padi dengan metode SRI, yaitu tidak menggenangi sawah dengan air, cukup dengan tanah yang macak-macak, karena menganggap padi bukanlah tanaman air. Tanah diolah dengan cara intensif dengan kedalaman pengolahan lahan mencapai 20 cm, dilakukan penambahan kompos 7-10 ton/hektar atau lebih dari setengah jumlah biomassa yang dikeluarkan dari lahan pertanian tersebut. Kompos dalam tanah mempunyai kemampuan untuk mengikat air selain mampu menyediakan ruang untuk udara, mikroorganisme, dan pertumbuhan akar. Kebutuhan air untuk cara bertani yang seksama ini hanya setengah hingga sepertiga dari cara konvensional, serta membuka peluang penerapan teknik baru penyiraman maupun pengaturan air lainnya.

Padi ditanam tunggal secara satu persatu dengan umur bibit 7-10 hari di pesemaian. Bibit padi yang masih memiliki keping biji ini ditanam dangkal dengan akar diletakkan mendatar di permukaan tanah, dimaksudkan terutama untuk mendapatkan peluang anakan yang paling banyak. Cara ini hanya memerlukan bibit padi unggul 5 - 7 kg/ha untuk jarak tanam 30 x 30 cm dibandingkan dengan cara konvensional yang bisa mencapai 30 kg/ha. Cara ini membuka peluang baru penerapan teknik penyemaian, penanaman dan penetapan jarak tanaman dengan sasaran mengembangkan sistem perakaran dan jumlah anakan yang maksimal. Jarak tanam yang renggang mengoptimalkan pertumbuhan anakan dan sangat memudahkan pekerjaan pemeliharaan tanah.

Cara seksama menanam padi dengan melakukan penyiangan lebih dari 4x dari hanya 2x pada cara konvensional. Penyiangan ini dimaksudkan bukan saja untuk menghilangkan gulma tetapi terutama untuk menjaga pasokan udara ke dalam tanah. Pengurangan 1x penyiangan dapat menurunkan produksi padi hingga 1,2-1,5 ton/ha.

Metode SRI dapat menekan gangguan hama secara sangat berarti tanpa harus menggunakan bahan kimia antihama. Banyak jenis serangga yang hidup bersama dengan tumbuhnya tanaman padi, namun mereka tidak sempat menjadi hama karena dengan cara seksama kondisi mikroklimatnya tidak memberi cukup waktu kepada serangga untuk dapat berkembangbiak secara leluasa. Serangan keong pun dapat ditekan karena tanah tidak direndam. Pada dasarnya keong hidup dan berjalan dengan mediasi air. Ketika air di sawah kurang atau tergenang, maka keong tidak leluasa mengacak-ngacak tanaman padi. Begitupula dengan tikus. Tikus memakan hewan-hewan kecil, termasuk keoang. Ketika keong tidak ada di sawah, maka tikus pun enggan ’bermain’ di sawah, karena tidak mendapatkan makanan yang cocok. Adapun batang padi diganggu oleh tikus, itu lebih kepada cara tikus untuk mengasah gigi sebelum dan sesudah memekan keong atau hewan ke cil di sawah. Jadi, tikus bukan pemakan batang padi, hanya penggerek/ batang untuk mengasah gigi.

Penanaman padi dengan metode SRI dapat meningkatkan produktivitas secara nyata, yang ditunjukkan pada ujicoba pertama di berbagai daerah (Garut, Cianjur, Tasik, Ciamis, Bekasi, Sukabumi, Bandung dan Subang) mencapai 9-12 ton/ha dari biasanya 4-6 ton/ha. Ujicoba di Garut menunjukkan peningkatan produksi secara berturutan mulai dari 9,4 ton/ha, 11 ton/ha, 14 ton/ha, hingga terakhir dapat mencapai 17,5 ton/ha. Cara SRI juga meningkatkan kualitas bulir padi, dengan penambahan produksi beras kepala, memelihara rasa yang lebih baik, dan tahan penyimpanan lebih lama.

Metode penanaman padi SRI juga memerlukan pengolahan lahan yang seksama. Penggunaan kompos dalam jumlah dan kualitas yang memadai sangat menentukan. Para petani dapat menyiapkan kompos yang diperlukan secara mandiri dengan mengefektifkan waktu luang dan sumber biomasa setempat seperti tanaman kirinyuh, batang pisang, guguran daun, dan sampah organik yang sudah terpilah bersih dari sampah non-organik. Satu hektar sawah biasanya menyisakan sekitar 8 ton jerami dan 3 ton sekam, dalam hal ini memerlukan tambahan biomassa sekitar 5-7 ton kompos. Proses pengomposan dilakukan secara aerobik dengan memberikan pengudaraan yang baik pada tumpukan rajangan bahan pembuat kompos. Tumpukan tersebut secara berkala disirami dengan campuran mikroorganisme lokal yang berasal dari buangan dapur atau dari kandang ternak setempat. Aplikasi kompos dilakukan sekali pada saat pengolahan awal tanah, dengan rujukan tidak untuk menggantikan pupuk, melainkan untuk membentuk kembali struktur tanah sehingga bisa berfungsi sebagai bioreaktor yang akan menggerakkan kembali siklus nutrisi dengan peran utama mikrorganismenya serta biota tanah lainnya.

Selamat mencoba....

Pembentukan GAPOKTAN

Pembentukan GAPOKTAN dilakukan dalam suatu musyawarah yang dihadiri minimal oleh para kontak tani/ketua kelompoktani yang akan bergabung, setelah sebelumnya di masing masing kelompok telah disepakati bersama para anggota kelompok untuk bergabung ke dalam GAPOKTAN. Dalam rapat pembentukan GAPOKTAN sekaligus disepakati bentuk, susunan dan

jangka waktu kepengurusannya, ketentuan ketentuan yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing kelompok Ketua GAPOKTAN dipilih secara musyawarah dan demokrasi oleh para anggotanya, dan selanjutnya ketua memilih kepengurusan GAPOKTAN lainnya. Untuk mendapatkan legitimasi, kepengurusan GAPOKTAN dikukuhkan oleh pejabat wilayah setempat.GAPOKTAN melakukan fungsi-fungsi,
sebagai berikut :
  1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas dan harga);
  2. Penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, benih bersertifikat, pestisida dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui kelompoknya;
  3. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/ pinjaman kepada para petani yang memerlukan;
  4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah;
  5. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan/menjual produk petani kepada pedagang/industri hilir.